Kamis, 20 Februari 2020

#Jodoh_Pilihan_Kiyai 1 - 5

#Jodoh_Pilihan_Kiyai
#Part_01 by Silvanni Lim Mey
#Edisi_Kolab_Silva_Huren

"Qobiltu nikahaha watazwijaha alal mahril madzkur waradhiitu bihi wallahu waliyu taufiq."
Kalimat qobul itu terucap setelah shigat ijab dilafalkan penghulu. Satu tarikan napas, janji suci itu terangkai dari bibir lelaki yang berjas pengantin warna hitam.

Tangan lelaki yang sudah resmi menikahiku beberapa menit yang lalu ini, segera kucium telapak punggungnya. Tak ada ekspressi apapun, datar, hanya menarik senyum simpul ketika tatapan kami beradu sekilas.

#Jodoh_Pilihan_Kiyai 6 - 11 (end)

#Jodoh_Pilihan_Kiyai
#kolab_Silvanni_Huren
#part_06
#Share dulu baru baca, yes!

Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan menuju Sumbersari Untung lalu lintas tak begitu padat. Jadi sebelum dzuhur kami akan sampai di rumah Ibu Kulsum.
Sebenarnya aku ingin menanyakan prihal selisih angka laporan penjualan sapi pada Rayyan. Namun sepertinya kurang pas jika ada Sabrina ikut menyimak.

(Menurutku) ISTRIKU PELIT 1 - 5

(menurutku) ISTRIKU PELIT
Part 1 by Febriani Kharisma
#istrikupelit

"Pak, tolong dong tagih utang mbak Marni. Perlengkapan anakmu ituloh, telon, popok ,tissu basah, sabun mandi habis bersamaan. Sudah sebulan dia janji-janji terus, tapi mana buktinya?" celoteh istriku setengah membanting aneka peralatan masak persiapan makan malam.

"Sabar dong, Bu. Lagian Mbak Marni itu kakakku sendiri yang berarti iparmu. Masak uang dua juta saja hubungan kekeluargaan kita harus rusak. " balasku. Rasa lapar sepulang bekerja sebagai kasir swalayan berubah kenyang seketika.

(Menurutku) ISTRIKU PELIT 6 - 10

(Menurutku) ISTRIKU PELIT
part 6
#istripelit by Febriani Kharisma

Aku yang tertidur bersama bapak di depan televisi serta-merta dibangunkan Ibu ketika pagi. Ia menarik selimut yang masih bergelung di tubuh lalu kembali kutarik. "Nanti saja, Bu. Ini hari minggu. Masih ngantuk!" ucapku sesekali menguap.
"Ibu hitung sampai tiga, kalau kau belum bangun juga, kau dan bapakmu kusiram air." spontan aku dan bapak bergegas bangkit dari kasur tipis nyaris bersamaan.

Sesekali menguap, bapak bilang, "kuhantam juga kau kalau masih ngantuk begini malah dipaksa bangun.
"Kau ini yah benar-benar membuat darahku mendidih padahal masih jam segini!" nada ibu meninggi. Dibalas ayah, "Nah, kau sudah tahu sekarang jam berapa bukan, kenapa malah membangunkan orang yang sedang tidur? Tambahnya.

(Menurutku) ISTRIKU PELIT 11 - 15

(Menurutku) ISTRIKU PELIT
Part 11 by Febriarni Kharisma
#istripelit

Kupikir hidup akan berat dijalani sendiri. Tapi, aku mulai sedikit meragu kalau berdua kelak justru akan membuat hidupku lebih rumit. Jarak rumah Minah dan ibuku yang tidak begitu jauh, kusengaja sampai agak lama. Bukan apanya, kalau ibu dan mbak Marni bertanya, mesti jawab apalagi. Aku malu untuk mengakui kalau calon istriku ada tanda-tanda pelitnya. Sebagai bukti, potongan kain akan di kembalikan.

"Man, lama bener!" ucap ibu yang seolah siap menerkamku bersama mbak Marni di teras rumah.
"Iya, Bu. Tadi duduk dulu di ruang tamunya. Disana berisik jadi susah ngobrol buru-buru." kataku berjalan masuk. Tapi, di palang kaki mbak Marni yang berdiri di dekat pintu.